12/11/2018

Kursi Teras Rumah

Mewakili seorang anak, dengan begitu hormat tulisan ini ku tulis sebagai ungkapan bangga dan bahagia. Untukmu Bapak-bapak dimana pun kalian menghidupi. Terkhusus Bapakku yang ku cintai.



Jika ada kata yang bisa menggambarkan siapa bapakku, akan ku tulis kurang lebih begini...

Bapak memperlakukan anak-anaknya seperti kawannya.

Bagi kebanyakan anak perempuan, mereka terkadang lebih dekat dengan Bapak dibanding Ibunya. Saya tidak. Tidak ada kecenderungan seperti itu. Ibu bukan wanita karir. Ia dengan begitu bangga ku sebut Ibu Rumah Tangga. Bagiku Ibu dan rumah adalah satu kesatuan yang hampir tak bisa dibedakan, keduanya adalah tempat pulang. Jadi Ibu adalah tempat berteduhku, tempat sarapan dan tidur malamku, ia tak pernah jauh walau hanya sejengkal kaki. Sedangkan bapak adalah orangtua yang memiliki karakter ngemong, bisa ngimbangi usia anak-anaknya, terlebih asik diajak bicara, bahasanya tidak pernah menggurui. Saya ini temannya ketika sedang berdiskusi, tapi kalau pagi-pagi salim pamit sambil minta uang bensin, disitu saya berperan jadi anaknya, hehehe.

Bapak tidak pernah memaksakan kehendak dan sangat demokratis.

Saya nggak pernah dipaksa untuk jadi ABCDEFGHIZ. Dalam mengambil keputusan saya berdiri sendiri. Bapak memberikan pertimbangan hanya ketika saya minta, itu pun hanya memberikan pertimbangan, keputusan tetap di tangan saya. Ia hanya mengambil porsi sedikit dan seperlunya atas saya, yang artinya bapak memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya. Pun ketika saya salah, bapak mengarahkan bukan menyalahkan.

Bapak tidak pernah menyakiti perasaan siapa pun bahkan untuk menegur saya ketika salah.

Bapak adalah orang tegas berhati lembut. Ia selalu menyampaikan hal-hal masuk akal meski ketika marah. Sambil menghisap rokoknya, ia sering mendudukkan ku di kursi ruang tamu sambil bicara tentang harusnya bagaimana. Meski begitu, saya tidak dibiarkannya diam, selalu ada dialog di tengah ketegangan. Tapi, sekali lagi, bapak tidak pernah menyakiti perasaan saya meski sedang marah.

Bapak, sosok yang berani, jujur, tanggung jawab, sabar, dan sederhana.

Tidak ada kata yang bisa saya ungkapkan tentang ini. Setiap bapak adalah bapak yang luar biasa bagi anak-anaknya.

***

Sore tadi, di kursi teras rumah, menjelang Maghrib, saya menemani bapak ngisis di sana. Mengomentari kucing yang tak pernah habis polah tingkahnya. Kami menertawakan satu-satunya kelucuan di sore itu. Sambil pembicaraan serius, sedang, dan ringan saling kami lontarkan.

Di sela-sela waktu seperti senja sore itu, bapak selalu mengundangku untuk menemaninya duduk di teras rumah. Kadang bisa berjam-jam, hanya saja di tengah-tengah Maghrib yang belum rampung tadi, anak SD yang biasa les di rumah sudah datang. Saya tepuk lutut bapak, menyaratkan ijin masuk rumah duluan.

***

Sekali lagi saya kenalkan siapa bapakku, ia adalah orang yang biasa-biasa saja dengan nilai rapornya semasa sekolah. Karena baginya sekolah adalah mengisi waktu luang dan pengalaman masa muda. Tapi, bapak adalah orang yang selalu bijak mengambil hikmah dari setiap kejadian dan pengalaman dalam hidupnya. Ia membangun keluarga, membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya hingga kuliah dan lulus bukan tanpa tekanan, induk ayam dan anaknya adalah keajaiban alam yang pernah ia jadikan pelajaran.

Seekor ayam tanpa akal, bisa membesarkan lima hingga sembilan anak-anaknya.

Selamat Hari Bapak, Pak!

1 comment:

Mari berdiskusi, kalo perlu sambil ngopi ;)
Tinggalkan komentar tapi jangan tinggalkan aku.