28/01/2018

Selamatkan Diri dari Rendah Diri! #1

Hampir satu bulan lamanya aku menjadi bagian dari madrasah tsanawiyah, tempat dimana aku Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Semester tua mengharuskanku untuk segera mengaplikasikan apa yang telah ku peroleh selama 7 semester. Bangku kuliah mendorongku untuk bergabung dengan bangku-bangku sekolah yang dipenuhi para siswa berseragam. Di sanalah kesempatan terbesarku. Learning by doing. Dengan praktik langsung, ketika mengajar, kita tak lagi meraba tentang apa yang dimaksud dengan mengkondisikan kelas, menerapkan perencanaan pembelajaran, mengajak siswa berpikir (tidak hanya mendikte), dan bagaimana menghadapi mereka yang menolak kita (dalam konteks apa yang kita sampaikan).

Sebelumnya, di bangku kuliah, kita sering mendebatkan berbagai hal yang belum pernah kita lakukan. Kita hanya memberikan argumen-argumen paling masuk akal atas segala permasalahan. Ambil contoh misalkan, ketika muncul pertanyaan, bagaimana mengatur waktu agar sekian kompetensi bisa kita berikan dalam satu kali pertemuan dengan tepat waktu? Kemudian kamu menjawab, “Ya, maka dari itu kita butuh yang namanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),”. Lalu bagaimana dengan kondisi kelas yang sifatnya begitu insidental, berkaitan dengan hal yang tiba-tiba muncul di luar dugaan, yang mengakibatkan jadwal tidak berjalan sesuai rencana? Lalu jawabanmu, “Ya, itu tergantung masing-masing individu, bagaimana ia merancang dan melaksanakan RPP-nya”. Tamat. Sampai disitu diskusi kita berakhir krik-krik. Haha

Paling tidak, melalui diskusi, kita dipaksa untuk berpikir.
Sedangkan melalui praktik langsung, kita dipaksa untuk tidak sambat.

Bahwa kita sering lupa, apa pun yang terjadi dalam hidup, kita selalu melaluinya dengan belajar. Seperti halnya jalanan raya yang selalu macet setiap jam setengah 7 pagi. Dari sanalah kita belajar untuk tidak terjebak macet adalah dengan berangkat lebih pagi. Atau tentang praktik mengajar. Bahwa dari sanalah segala kesulitan harus dihadapi. Karena melaluinya kita akhirnya bertemu dengan guru-guru panutan yang begitu kita kagumi. Kita kadang lupa, bahwa kita sedang dalam proses belajar meningkatkan kompetensi diri. Kita teralihkan oleh tanggung jawab yang kerap kali kita anggap beban. Kita lupa bahwa dalam diri kita terdapat kemampuan yang luar biasa untuk menyelesaikan segala permasalahan. Kita disibukkan dengan mengeluh, dan mencari penyelesaian dengan meminta keringanan. Kita lupa bahwa kita tidak bisa meminta orang-orang untuk tidak menyebabkan macet di setiap jam setengah 7 pagi. Kita lupa bahwa untuk tidak terjebak macet, kita memiliki inisiatif untuk berangkat lebih pagi. Kita harusnya lebih sering belajar dari Super Mario, bahwa untuk bertemu dengan sang Putri, ia harus jalan terus dan menghadapi segala rintangan. Katanya, usaha tidak pernah menghianati hasil.


Tentang usaha kita, setiap orang pasti memiliki caranya sendiri dalam menghadapi segala hal dalam hidupnya. Ada yang memilih untuk terus berjalan, menyerah di persimpangan, atau bahkan menyerah sebelum berperang. Semua itu tidak terlepas dari bagaimana kita melihat diri kita sendiri dan apa yang sedang kita hadapi. Sebelum berperang, sudahkan kamu percaya dengan dirimu sendiri?

Bersambung