30/06/2014

Belajar atau Bekerja?

Ketika menulis ini, aku sedang duduk di ruang tunggu apotek tempat dimana aku bekerja. Tepat 1 bulan yang lalu aku baru saja merayakan kelulusan SMA-ku dan tentu saja aku belum berijazah, tapi hari ini aku telah menikmati gaji atas pekerjaanku.

Aku rasa aku terlalu terburu-buru untuk memulai sebuah pekerjaan diusiaku yang baru saja memperoleh KTP tahun lalu. Tetapi alasan mengapa aku memulainya terlalu awal adalah aku tak mau menjadi lulusan SMA yang hanya makan, tidur dan mandi selama 3 bulan. Iya, aku sedang menunggu September. Bulan dimana rata-rata anak seumuranku atau bahkan yang lebih tua sekalipun memulai kuliah mereka, aku akan menyebutnya dunia baruku.


Ini bukan pekerjaan yang akan memberiku jaminan dimasa depan. Tunggu dulu, aku terlalu bertele-tele. Maksudku tidak menjamin hidupku seminggu setelah aku menerima gaji. Ini adalah pekerjaan yang bahkan akan menyita waktuku selama genap 3 bulan. Aku memulainya dari jam 7 pagi hingga jam 9 malam. Yang ku maksud menyita waktu adalah waktu bersama keluargaku. Kali ini aku benar-benar menyadari betapa berharganya waktu bersama mereka setelah aku bekerja disini.
Padahal sebelum ini aku sangat rela jika waktuku terbuang sia-sia hanya untuk bermain dengan teman sekolah atau yang lainnya. Betapa singkatnya 24 jam itu ketika aku menghabiskan 14 jamnya untuk bekerja. Betapa singkatnya jika sisanya kugunakan untuk melepas lelah atas 14 jam di luar rumah. Aku tidak akan menyuruhmu untuk setiap saat berada dirumah bersama keluargamu atas apa yang ku alami sekarang, aku hanya ingin mengajakmu menghitung 24 jam dalam hidupmu, aku akan bertanya berapa menit kau gunakan 24 jam dalam hidupmu untuk hanya sekedar berbincang dengan mereka? Ayah, ibu dan saudara-saudaramu? waktu ketika kau dirumah dan melakukan semua kegiatanmu sendiri, bukan itu yang ku tanyakan.

Berbicara tentang gajiku. Aku tidak bercanda atas apa yang aku katakan, aku benar-benar menghabiskannya dalam waktu kurang dari seminggu. Mungkin kau berfikir aku berlebihan. Tapi memang ini kenyataannya. Tolong mengertilah aku, aku memutuskan untuk tidak menabung uang hasil keringatku yang tak seberapa itu.  Tapi jangan menyalahkanku sepenuhnya. Tentu saja aku memberikan sebagian untuk ibuku, karena itu adalah salah satu mimpiku.  Gaji pertama dalam hidupku, ibuku harus menikmatinya. Dan sisa daripada itu kugunakan untuk transportasi selama 30 hari dengan 40 menit perharinya untuk pulang pergi.  Bukankah itu cukup menghabiskan gajiku? Tentu saja tidak. Sebelum untuk bensin dalam kurun waktu 30 hari aku menggunakannya untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Inilah alasan mengapa aku memutuskan untuk tidak menabung sepeserpun di usia mudaku, bukan hanya karena gaji ku minim. Apa kali ini kau berfikir aku berhura-hura? Ayolah pikirkan baik-baik. Untuk apa kau menabung dengan usiamu yang masih belasan? Bahkan kau belum merasakan seperti apa itu kuliah.
Apa kau ingin segera menikah setelah lulus SMA sehingga kau perbanyak uangmu dengan menabung?

Apa yang lebih penting di usia mudamu selain uang? Aku perkirakan teman yang duduk disampingmu akan menjawab “belajar”. Siapa? Entahlah abaikan. Belajar dan bekerja menurutku sedikit berlawanan. Mereka akan sulit menyatu jika dipertemukan, mereka memiliki tujuan yang berbeda. Aku tau kau akan mengatakan ini, “Semua itu tergantung dengan siapa yang menjalaninya”. Oke baiklah simpan dulu pendapat mu itu. Tapi ini faktanya, aku bekerja dengan seseorang yang 1 tahun lebih tua dariku, maksudku pendidikannya, saat ini ia kuliah sambil bekerja, tetapi aku jarang sekali melihatnya pergi ke kampus. Kau tak akan percaya jika ia memberiku alasan ini, “Aku sudah merasakan seperti apa menghasilkan uang dan aku merasakan betapa malasnya aku mengambil kelas hari ini”. Ini bukan satu-satunya fakta, masih banyak di luar sana yang mulai asik dengan pekerjaan mereka dan meninggalkan kuliahnya atau sekedar bolos beberapa hari, hingga beberapa minggu kemudian bulan. Jika aku tidak melihat dengan mata kepalaku sendiri, aku mungkin juga sependapat denganmu, aku akan mengatakan itu juga, aku tak percaya. Tetapi jika kau berada di tengah-tengah mereka atau sedang mengalaminya, cobalah pahami betul tujuanmu sesungguhnya. Background kita sebelum hari ini mungkin adalah seorang pelajar, kita belajar dari usia 5 tahun hingga hari ini. Dan tujuan dari belajarmu tidak sepenuhnya untuk mengais rupiah. Jika persepsimu memang demikian. Mengapa kau tidak bekerja ketika usiamu masih 5 tahun? Kau bisa melakukannya dengan mengemis dijalanan, bukankah tujuan daripada itu adalah untuk mendapatkan uang? Iya benar kita membicarakan tentang bekerja. Kedua hal itu memiliki tujuan yang sama, apa bedanya?

Sebaiknya aku segera memberimu saran. Belajarlah tanpa henti, uang akan datang dengan sendirinya. Aku tidak bisa memastikan kau akan berhasil di kuliahmu tepat waktu karena disi lain kau bekerja kepada orang lain. Jika kau ingin menghasilkan uang ketika kau masih menjadi seorang pelajar, cobalah dengan apa yang bisa kau hasilkan dengan tanganmu sendiri. Tetapi jika ini adalah pekerjaan pertama dalam hidupmu, jangan terlalu fokus dengan gajinya. Belajarlah, pelajari pekerjaanmu apapun itu.

“Bekerjalah! Hingga kau merasakan betapa berharganya waktumu. Belajarlah! Hingga kau paham apa tujuan hidupmu. Bekerja dan belajarlah! Hingga kau tak tahu harus berbuat apa lagi.”