23/09/2018

Sinergi Orangtua dan Sekolah

Saat ini, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mulai didengung-dengungkan kembali. Sejak mengemuka kebijakan sekolah gratis, sekolah wajib 9 tahun, bahkan 12 tahun─meski sebatas retorika─seakan memangkas peran serta orangtua. Entah bagaimana awalnya, orangtua hari ini begitu percaya dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Orangtua merasa perannya cukup dengan melunasi biaya administrasi, merasa puas dengan melihat anaknya bersedia bangun pagi, berseragam rapi, dan bersiap ke sekolah, namun, tidak mempersoalkan atau bahkan tidak memahami apakah selama 9 tahun melakukan rutinitas itu, anak-anak mereka benar-benar belajar atau malah mengalami kemandekan.

Tapi, orangtua memang tdak perlu melibatkan diri dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Sangat tidak perlu. Buat apa. Negara telah memberi porsi untuk mengurusi pendidikan hingga ke pelosok-pelosok negeri. Pun kebijakan yang dibuat tidak serta merta seminggu jadi. Banyak pemikir yang terlibat di dalamnya demi terwujudnya pendidikan yang mencerdaskan kehidupan. Maka dari itu, tidak salah jika mengatakan bahwa orangtua tidak perlu ikut campur. Wong dari A sampai Z pendidikan sudah diatur oleh negara. Bukan tanpa alasan, Finlandia menjadi acuan untuk memperkuat argumen bahwa orangtua tidak perlu terlibat. Negara dengan predikat pendidikan terbaik di dunia ini memiliki tingkat keterlibatan orang tua yang rendah dalam proses pembelajaran anak di sekolah. Karena orang tua Finlandia memang percaya sepenuhnya terhadap sekolah yang sangat well-prepared. Toh, nyatanya juga berhasil. Apa bedanya? Sekolah di Indonesia kan juga well-prepared.

Kelas Orangtua

Pemandangan yang berbeda terjadi di Sekolah Alam Ramadhani. Jika sekolah lain melakukan pertemuan orangtua hanya pada momen-momen tertentu, seperti tahun ajaran baru atau pengambilan raport, di Sekolah Alam Ramadhani pertemuan orangtua bisa berlangsung dua minggu sekali. “Kelas Orangtua”, begitu kiranya forum pertemuan itu dikenal. Kelas yang berlangsung 30 hingga 45 menit itu dimaksudkan untuk menyampaikan tema-tema pembelajaran seminggu hingga dua minggu ke depan kepada orangtua anak. Tujuannya agar terjadi sinergi antara pembelajaran yang di lakukan di sekolah dengan orangtua di rumah.

Jumat, 21 September 2018, menjadi pertemuan ke tiga kelas orangtua. Mengawali pertemuan itu, Sunarno selaku manajer sekolah Alam Ramadhani menyampaikan tujuan diadakannya kelas orangtua, yaitu, terwujudnya keselarasan.

Konsep merdeka belajar tentu masih asing di telinga hampir kebanyakan orang. Bahkan tidak semua orangtua mendaftarkan anak-anaknya di Sekolah Alam Ramadhani karena memahami konsep belajar tersebut. Tidak bisa dipungkiri, alasan yang melatarbelakangi hanya karena sebuah kebetulan. Meski konsep merdeka belajar hanya satu dari sekian konsep yang diterapkan di Sekolah Alam Ramadhani, namun, melalui Kelas Orangtua tersebut diharapkan apa yang telah diupayakan di sekolah menjadi optimal dengan peran serta orangtua di rumah.

Tanpa adanya sinergi antara sekolah dengan orangtua, pembelajaran yang berlangsung di sekolah hanya akan menjadi angin lalu. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa prosentase peran guru dalam prestasi anak hanya 1-14%. Sedangkan struktur sekolah 7-20%. Sisanya, 60-80% adalah individu atau anak itu sendiri. Jadi, bukan soal siapa gurunya dan dimana sekolahnya, tapi, bagaimana orangtuanya berperan dalam pengasuhan sehingga tercapai perkembangan pada diri anak secara optimal.

Bukan Sekolah yang Melibatkan Orangtua

Orangtua lah yang melibatkan sekolah untuk pendidikan anak-anaknya, bukan sebaliknya. Salah satu orangtua murid dalam pertemuan Kelas Orangtua menyampaikan bahwa sebelum mendaftarkan anaknya di Sekolah Alam Ramadhani, ia melakukan School Shopping ke beberapa sekolah untuk menemukan lingkungan sekolah yang sesuai untuk anaknya. Menurutnya, keterlibatan orangtua bisa dimulai dengan melakukan tindakan tersebut. Jika berbicara tentang perlu dan tidak perlunya keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak, jika bertolak dengan kondisi pendidikan yang bisa dikatakan well-prepared, nyatanya masih ada orangtua yang melakukan School Shopping, maka tidak aneh jika pada akhirnya permasalahan ini berakhir pada kesimpulan bahwa Negara tidak berhasil membuat orangtua percaya untuk menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya ke sekolah-sekolah konvesional. Meskipun tidak sedikit faktor yang melatarbelakangi mengapa orangtua sampai harus melakukan School Shopping.

Tapi, School Shopping sejatinya mempertegas bahwa pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggungjawab orangtua. Sekolah adalah lingkungan belajar yang diikutsertakan orangtua untuk mengoptimalkan pendidikan anak-anaknya.

Urun Rembuk Orangtua Ramadhani

Peran orangtua murid semakin terlihat ketika Kelas Orangtua mereka bawa atas kesadaran bersama. Menyadari bahwa ruang itu bisa mereka manfaatkan untuk berbincang tentang parenting ringan, secara bergantian, satu persatu orangtua murid menyampaikan masukannya di akhir sesi kelas. Mulai dari usulan untuk membahas topik tentang bagaimana meningkatkan kepercayaan diri pada anak, hingga tips dan trik bagaimana menumbuhkan motivasi anak untuk belajar di rumah.

Jika memang ada sekolah dimana guru dan orangtuanya bahu membahu memenjarakan anak. Maka lain dengan Sekolah Alam Ramadhani. Melalui Kelas Orangtua, nampak jelas, guru dan orangtua tengah bahu membahu untuk memerdekakan anak-anaknya.

Salam Merdeka Belajar! Hormat saya kepada orangtua-orangtua hebat Indonesia!