Dalam percakapan di grup whatsapp itu, aku menemukan
berbagai tipe respon atas tulisan yang ku bagikan. Ini hanya berdasarkan asumsi
belaka, kesimpulan yang kubuat sepihak tanpa mendiskusikan dengan mereka yang
terlibat dalam percakapan. Iya, aku hanya sedang mengungkapkan bagaimana aku
menilai orang lain, seperti yang biasa kalian lakukan. Bedanya, mungkin aku
menuliskannya disini, sedangkan kalian, hanya kalian simpan sendiri.
1. Tipe Realistis
Tipe ini adalah ia yang berkomentar “Tak ndelok wae lah ben
gak kesroh....saiki tak mikir kuliah wae seng bener.... ben ndang cepet lulus,
gek ndang mergawe.... golek kehidupan dunia....”. Tipe ini berpikiran bahwa apa
yang menjadi topik pembicaraan tidaklah penting jika dibandingkan dengan nasib
kuliah dan kehidupannya yang lebih realistis.
2. Tipe Idealis
Tipe ini adalah tipe yang berkomentar “Amin, cita-cita yang
mulia. Izin COPAS”. Tipe ini bermaksud memberikan dukungan atas tulisan yang
telah ku reshare, karena bisa jadi ia memiliki satu kacamata yang sama dengan
penulis.
3. Tipe Realistis-Idealis
Tipe ini adalah tipe yang berkomentar “Iki perlu ditanggepi
gak?”. Melihat latarbelakangnya yang telah terjun di kehidupan nyata dengan
tuntutan kerja dan gaji bulanan, tapi ia masih menyempatkan untuk ikut
menanggapi.
4. Tipe Plin plan
Tipe ini adalah tipe yang berkomentar “Nyimak” namun,
setelahnya malah yang paling gencar membantah tulisan dengan memberikan
pernyataan “Sering mengkritik penguasa, tapi polahe sama kayak penguasa. Saling
menjatuhkan”, dimana artinya ia tidak memberikan dukungan atas tulisan
tersebut.
5. Tipe Mengamati
Tipe mengamati adalah saya. Sebelum reshare saya telah
berpikiran bahwa ini akan sangat bertolak belakang, melihat grup tersebut berisi
sekumpulan mahasiswa semester akhir yang beberapa baru menyelesaikan seminar
proposal skripsinya. Akhirnya, ku putuskan untuk mengamati bagaimana respon
mereka, mengingat di luar sana, masih banyak mahasiswa yang masih memegang
teguh idealisnya, berpikiran bahwa "kalau bukan saya yang mengkritik,
siapa lagi."
6. Tipe Mengoreksi
Tipe ini adalah tipe yang meluruskan penggunaan terma
oposisi yang ku pakai. Ia tidak menunjukkan apakah ia realistis ataupun
idealis. Ia hanya ikut berkomentar dengan maksud memberikan pelurusan.
7. Tipe Mengalihkan Pembicaraan
Tipe ini yang sedari tadi mengikuti perbincangan, namun sama
sekali tidak memberikan komentar, ya, silent reader. Tipe ini muncul ketika
grup mulai agak pasif, ia datang dengan maksud mengalihkan pembahasan dengan
guyonan seperti “mizone mizone, aqua aqua" dan lain sebagainya. Sejak tipe
ini muncul, banyak anggota grup lain yang muncul dan menanggapi guyonannya.
Akhirnya, pembicaraan teralihkan. Perbincangan selesai. Pengamatan berakhir.
Dari semua tipe, saya malah tertarik dengan tipe realistis.
Sepanjang yang saya ketahui, status aktivis pernah tersemat dalam dirinya,
diskusi dari warung ke warung ia ada. Lalu, dalam momen semester tua, ia datang
dengan berkata, "sudah bukan saatnya kita berpikir perihal begituan".
Jadi, apakah artinya tulisan yang telah ku reshare tersebut
tidaklah penting? Ya, bisa penting, bisa tidak. Saya jawab begitu karena saya
mencoba melihat permasalahan menggunakan kacamata tipe realistis. Bahwa segala
sesuatu bisa dikatakan penting jika diukur dengan skala kebutuhan kita.
Demokrasi kampus menjadi tidak penting karena yang menjadi kebutuhan kita saat
ini adalah "bagaimana cara agar segera lulus cepat, dan mendapatkan
pekerjaan.", bukan lagi kebutuhan bagaimana kampus menjadi lebih baik.
Namun, akan beda lagi jika saya menggunakan kacamata 'idealisme mahasiswa',
dengan kacamata ini saya akan berpikiran bahwa apa yang menjadi bahan
perbincangan adalah penting karena menyangkut kepentingan bersama, "kalau
bukan mahasiswa siapa lagi".
Seperti halnya, permainan Pokemon Go yang kini kalah eksis
dan tergeser dengan permainan-permainan baru. Sebut saja Mobile Legend. Bahwa
kebutuhan para gamers tidak lagi mengumpulkan pokemon, tapi bagaimana mereka
memenangkan pertandingan dengan sebuah komunikasi, strategi, dan kerjasama tim
yang solid! Mobile Legend lebih penting daripada hanya video call dengan pacar!
-_-
Oiya, jadi intinya bagaimana? Semua menjadi tidak penting pada masanya, apa masamu?
Oiya, jadi intinya bagaimana? Semua menjadi tidak penting pada masanya, apa masamu?
0 comments:
Post a Comment
Mari berdiskusi, kalo perlu sambil ngopi ;)
Tinggalkan komentar tapi jangan tinggalkan aku.