Akhirnya aku menulis lagi.
Akhir-akhir ini aku sibuk mengutek-utek hp android,
mungkin kamu menyebutnya dengan smartphone karena kecanggihannya. Hampir
satu tahun ini aku bermain dengannya, mulai dari browsing, bermain social
media, game, foto, atau sekedar melihat jam. Paham betul kok dengan apa
yang aku lakukan tidak lah penting dan sangat membuang-buang waktu, karena kita
memang terlahir mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi,
sayangnya, kebanyakan dari kita hanya berhenti pada kemampuan membedakan saja,
tanpa melakukan tindakan nyata. Seharusnya kita melakukan sesuatu yang kita
anggap benar, bukan malah sebaliknya. Betul? *Semoga aku ingat dengan apa yang
aku tulis*
Banyak kita jumpai sindiran-sindiran mesra yang
menyebutkan tentang hal-hal yang berubah dari kita semenjak lahirnya anak
teknologi yang diberi nama smartphone. Ia memang terlahir cerdas. Tidak berlaku
pada aplikasinya saja, tapi juga kemampuannya dalam minteri kita.
Tahukah? Betapa bodohnya kita selama ini dihadapan smartphone? Ia mampu membuat
kita hampir all the time bersamanya. Tidak hanya itu, ia juga bisa menjadikan
kita hamba untuknya, hamba gadget. Warbiyasah. Tapi, wait. Bukankah terlalu
egois jika hanya menyudutkan sebuah benda mati? Bagaimana dengan kita sendiri?
Bukankah kita terlahir mampu untuk membedakan, juga terlahir mampu memilih
untuk menjadi apa kita? Jadi, pilihanmu untuk menjadi seseorang yang hampir all
the time bersama hp adalah keputusanmu sendiri, pilihanmu untuk menjadi
hamba gadget adalah keputusanmu sendiri. Ibarat pedang, jika ia dibawa oleh
orang yang bijak, maka sebuah pedang tidak akan melukai siapa pun, namun, jika
ia dibawa oleh orang yang salah, maka menjadi bahaya lah pedang itu. Intinya, kita
harusnya tahu betul bahwa segala sesuatu adalah berdasarkan keputusan kita,
bukan malah pedang atau hp yang hanyalah sebuah benda mati.
Pernahkah kalian dalam satu meja dengan kawan-kawanmu, tapi
mereka malah sibuk dengan hp mereka? Kamu bisa membayangkan betapa sepinya
pesta jika mereka sibuk dengan sebuah chat yang ada di hpnya. Kamu bisa
membayangkan betapa kesepiannya temanmu yang sangat menghargai sebuah pertemuan,
tapi kamu malah sibuk dengan ganti dp dan membalas komentar. Anggap saja itu
aku, jika aku menjadi seseorang yang sangat menghargai dunia nyata daripada
dunia maya, maka berteman dengan kalian sama saja dengan berteman sepi.
Simpanlah hpmu, jadilah pengguna yang cerdas melebihi cerdasnya hpmu. Minimal
kita tahu untuk apa secangkir kopi dan sebuah pertemuan, mereka adalah untuk
dinikmati bukan untuk diabaikan.
Halo Mas Ateng, terimakasih sudah menagih tulisanku.